Selamat Datang
|
Hampir bisa dipastikan bahwa setiap orang yang memiliki telepon pintar, juga mempunyai akun media sosial, seperti Facebook, Twitter, Path, Instagram, dan sebagainya. Kondisi ini seperti sebuah kelaziman yang mengubah bagaimana cara berkomunikasi pada era serba digital seperti sekarang. Era ini juga sedang banyak jasa social media marketing yang mempengaruhi pasar. Jika dahulu, perkenalan dilakukan dengan cara konvensional, yakni (biasanya) diiringi dengan saling tukar kartu nama, sekarang setiap kita bertemu orang baru cenderung untuk bertukar alamat akun atau membuat pertemanan di media sosial.
Evolusi yang terjadi di bidang teknologi maupun inovasi internet menyebabkan tidak hanya memunculkan media baru saja. 1 Korespondensi mengenai artikel ini dapat dilakukan melalui: [email protected]; [email protected] Berbagai macam aspek kehidupan manusia, seperti komunikasi maupun interaksi, juga mengalami perubahan yang sebelumnya tidak pernah diduga. Dunia seolah-olah tidak memiliki batasan (borderless) – tidak ada kerahasiaan yang bisa ditutupi. Kita bisa mengetahui aktivitas orang lain melalui media sosial, sementara kita tidak kenal dan tidak pernah bertemu tatap muka atau berada di luar jaringan (luring) dengan orang tersebut. Media sosial bahkan menjadi “senjata baru” bagi banyak bidang. Kampanye politik pada Pemilu 2014 lalu banyak melibatkan peran media sosial. Perusahaanperusahaan saat ini memberikan perhatian khusus untuk mengelola media sosial dan menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan mereka secara daring (dalam jaringan). Iklan menjadi berubah dari cara tradisional yang diproduksi oleh perusahaan dan tentu dengan biaya yang tidak sedikit. Hal tersebut merupakan sebuah tantangan sekaligus kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Kehadiran media sosial dan semakin berkembangnya jumlah pengguna dari hari ke hari memberikan fakta menarik betapa kekuatan internet bagi kehidupan. Studi yang diterbitkan oleh Crowdtap, Ipsos MediaCT, serta The Wall Street Journal pada tahun 2014 mengaitkan 839 responden dari umur 16 sampai 36 tahun menampilkan kalau jumlah waktu yang dihabiskan khalayak buat mengakses internet serta media sosial menggapai 6 jam 46 menit per hari, melebihi kegiatan buat mengakses media tradisional( Nasrullah, 2015). Walaupun cuma dapat digunakan terbatas serta tanpa bermaksud membuat statment kalau inilah sikap seluruh khalayak di dunia, hasil studi tersebut menampilkan kalau media tradisional tidak lagi jadi media yang dominan diakses oleh khalayak. Kebutuhan hendak menjalakan ikatan sosial di internet ialah alibi utama yang dicoba oleh khalayak dalam mengakses media. Keadaan ini tidak dapat didapatkan kala khalayak mengakses media tradisional. Tidak mengherankan, kedatangan media sosial jadi fenomenal. Facebook, Twitter, YouTube, Instagram sampai Path merupakan sebagian macam media sosial yang diminati oleh banyak khalayak. Oleh sebab itu, lewat tulisan ini, penulis mau mangulas hegemoni media sosial dari perspektif psikologi sosial terapan dengan harapan bisa berikan donasi terhadap upaya pengendalian sikap pemakaian media sosial supaya terus menjadi tepat- guna, baik oleh diri sendiri, komunitas, institusi, ataupun pihak- pihak lain yang memerlukan. Menurut jasa social media marketing, dunia maya seperti laiknya media sosial merupakan sebuah revolusi besar yang mampu mengubah perilaku manusia dewasa ini, dimana relasi pertemanan serba dilakukan melalui medium digital – menggunakan media baru (internet) yang dioperasikan melalui situs-situs jejaring sosial. Realitas menjadi bersifat augmented dan maya yang harus diadaptasi dan diintegrasikan dalam kacamata kajian psikologi sosial kontemporer yang ubiquitous (ada dimana-mana) serta pervasive (dapat menembus berbagai bidang ilmu dan kajian) (Soeparno & Sandra, 2011).
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorHobi saya adalah menulis Archives
February 2021
Categories |